Ada pengalaman menyedihkan saat lebaran tahun lalu. Pengalaman itu menginspirasi saya untuk menulis artikel ini. Untuk membahas seputar kue kering tradisional khas lebaran.
Saat itu saya dan keluarga berkunjung ke rumah teman ayah. Begitu duduk di sofa, adik-adik saya bersorak girang melihat jajanan yang tersedia di meja. Jajanan modern. Yang iklannya sering tayang di televisi dan membuat bosan penonton. Yang mengandung bahan-bahan kimia seperti zat adiktif dan pengawet.
Anak muda mana yang tidak menyukainya? Saya pun suka. Tapi bagaimana reaksi orang-orang dewasa, orang-orang sepuh, jika mendapati jajanan yang tersedia didominasi oleh jajanan modern? Sering saya dapati mereka tidak menyentuh jajanan tersebut. Kalaupun ada yang ingin mencicipi, pasti hanya satu kali. Setelah itu tidak mengambil lagi. Saya yakin lidah mereka tidak terbiasa dengan bahan-bahan kimia yang terkandung di dalamnya. Sedangkan reaksi anak-anak muda, langsung melahapnya dengan semangat. Reaksi anak-anak muda itulah yang membuat tuan rumah senang dan membeli jajanan modern itu lagi kalau sudah habis.
Berbeda ketika saya mengunjungi teman ayah yang lain. Meja lebih didominasi oleh kerupuk-kerupuk dan aneka kue kering tradisional. Orang-orang sepuh yang berkunjung bersamaan dengan kami bersemangat untuk menikmati jajanan tersebut. Sambil curhat betapa nikmatnya jajanan tradisioanl itu dan betapa kangennya mereka dengan jajanan itu. Sedangkan reaksi adik-adik saya bertentangan. Mereka bosan berlama-lama di rumah itu dan banyak merengek minta pulang.
Di masa kuliah ini, di mana sedikit-sedikit telah tertanam jiwa nasionalisme, saya jadi berpikir. Keadaan ini jika dibiarkan, maka bangkrutlah para pengusaha kue kering tradisional khas lebaran di negeri ini. Jika para pengusaha aneka kue kering tradisional bangkrut, maka punahlah makanan-makanan tradisional khas Indonesia. Situasi itu menjadi peluang bagi negara lain untuk melestarikan makanan tersebut di negaranya, kemudian meng-klaim bahwa makanan itu berasal dari negaranya. Sama seperti kasus-kasus pencurian kebudayaan kita sebelumnya.
Satu lagi. Jika semua meja tamu didominasi jajanan modern, maka hari raya Idul Fitri pun lebih berpihak pada anak-anak muda. Orang-orang dewasa menjadi sulit menjumpai jajanan favorit mereka.
Apakah kondisi semacam ini buruk?
Tentu saja. Ada banyak dampak negatifnya. Industri miskin menjadi semakin miskin dan industri kaya menjadi semakin kaya. Kebahagiaan orang-orang dewasa di hari-hari Idul Fitri mejadi terkikis. Dan tubuh anak-anak muda semakin teracuni oleh zat-zat kimia dari jajanan modern yang mereka santap dengan lahap.
Tapi saya tidak manyalahkan orang-orang yang lebih suka membeli jajanan modern. Mungkin hal itu terjadi karena sulit untuk menemukan kue kering tradisional khas lebaran di sekitar mereka. Ya, memang sulit. Tapi sulit bukan berarti tidak ada.
Anda bisa memilih, menentukan, dan belanja kue kering tradisional khas lebaran di Pusat Bisnis Syariah. Tidak perlu keluar rumah dan berpanas-panasan demi mencari kue kering tradisional khas lebaran. Anda tinggal duduk santai di rumah, memilih-milih jajanan di web Pusat Bisnis Syariah, dan klik Order Via WhatsApp. Maka segera setelah Anda mentransfer sejumlah harga, kami mengirimkan jajanan pesanan Anda sesuai foto dan keterangan yang Anda peroleh.
Ada 3 kue kering tradisional khas lebaran yang kami sediakan untuk Anda. Berikut link-link untuk menuju deskripsi masing-masing.
Hanya Pusat Bisnis Syariah yang berpegang teguh pada prinsip Halal, Akad Sesuai Syariah, dan Amanah, serta hanya memperkenalkan Produk-produk Saudara Sebangsa!
Tags : kue kering tradisional khas lebaran, kue kering khas jogja, kue tradisional khas jawa tengah, kue kering khas jawa tengah, jajanan tradisional jawa tengah, aneka macam kue kering tradisional, macam macam kue kering tradisional
Tidak ada komentar:
Posting Komentar